Gerakan Menjadi Ibu: Catatan Kegelisahaan atas Krisis Figur Lekat pada Anak

Ketika Keluarga telah berubah wujud dan berubah fungsi tak lebih dari sekedar perusahaan yang bergerak mencari laba dan menumpuk modal. ketika figur ibu seolah telah hampir punah dari peradaban karena mereka ramai-ramai meninggalkan rumah. rumah tidak lagi menjadi tempat yang paling indah untuk menikmati indahnya kehidupan. Rumah tidak sekedar tempat persinggahan, sekedar tempat ganti baju dan tempat numpang mandi. rumah tidak lebih dari gudang tempat menumpuk kekayaan, rumah tidak lebih dari sekedar museum tempat mengumpulan koleksi kepemilikan.

Rumah tidak lagi menjadi ruang berbagi dan bersendar gurau, tempat para orang bijak (orang tua) menelurkan semangat dan wisdom kepada anak-anaknya, tidak lagi menjadi tempat yang paling nyaman untuk menikmati dan melewati hari-hari, rumah yang kini terasa lebih panas dari suhu yang sesungguhnya, rumah yang tidak lagi menjadi rumah tempat menemukan kasih sayang

Banyak anak yang merasakan rumah tidak lebih rumah hantu, karena para ibu telah dengan tega meninggalkan bayi-bayi mereka yang masih merah tergelak tanpa ada bahu tempat yang bisa dia jadikan sandaran, rumah dimana bayi-bayi mungil itu tidak lagi bisa menikmati alunan musik terindah detak jantung ibunya. bayi-bayi yang akan tumbuh menjadi sosok yang tak lagi mengenal apa itu ibu dan siapa itu ibu, dan seberapa perlu mereka dengan ibu. bayi-bayi yang terpaksa kehilangan figur lekat (figur of atachement).
ketika ibu telah mati dan berangkat meninggalkan rumah dan tak pernah kembali.
ibu dalam representasi manusia berkelamin perempuan, yang mengandung dan melahirkan kini telah pergi mengejar egoismenya, namun sesungguhnya kematiannya secara biologis, tidak mematikan kebutuhan orang tentang peran dan figurnya, sehebat apapun manusia, sehebat apapun anak-anak mesin itu mereka tetap adalah mahluk yang jiwanya memerlukan sentuhan figur ibu.
kita tetap membutuhkan ibu, karena ibu adalah nurani kita.

sebuah kegelisahan yang saya rasakan ketika para ibu telah kehilangan waktu untuk memberi segala yang spesial buah hatinya, termasuk sedikit waktu yang sangat berkualitas.

aku sebenarnya ingin mengatakan bahwa akan sangat bijaksana jika “ibu” tidak lagi sekedar dimaknai sebagai sosok manusia berjenis kelamin perempuan, yang mengandung dan melahirkan, sudah saatnya “ibu” itu dimaknai sebagai sebuah peran sehingga setiap orang, setiap dimensi kehidupan dan setiap profesi berkesempatan dan berkewajiban menjadi ibu. ini adalah salah satu solusi yang saya tawarkan ditengah krisis kasih sayang, krisis perhatian yang dialami oleh para anak. tentunya kita, tidak ingin anak-anak kita, generasi penerus bangsa berada dalam ayunan narkoba, terlena dalam belaian minuman keras karena kehilangan figur ibu dalam kesehariannya.

sosok ibu sebagai yang melahirkan memang tidak bisa tergantikan, ketika dia harus bekerja dan tidak lagi punya waktu bersama anak-anaknya, maka ibu sabagai peran bisa terpenehui melalui orang lain, bisa saja adalah ayah…ya..ayah bisa saja menjalankan peran ibu, peran yang selalu dinuansai dengan kelembutan, rasa, penerimaan, cinta, keterbukaan, dukungan, dan perhatian.

guru disekolah mesti menjadi ibu sebagai peran, tidak lagi sekedar sebagai guru, seorang kondektur bus sebaiknya menjadi ibu sebagai peran, sang kondektur tidak sekedar menagih pembayaran, sang kondektur bisa memberi cintanya seorang ibu hanya dengan menanyakan kabar sang anak sambil tersenyum penuh penghargaan.

sekolah bisa jadi ibu, kondektur bisa jadi ibu, jika ini terjadi maka kita tidak perlu lagi merasa was-was pada anak-anak kita akan bunuh diri karena merasa tidak memiliki perhatian dari ibunya, karena ibu-ibu peran itu telah memberikan perhatian, kasih sayang yang sangat melimpah.

kesimpulan : ibu adalah nurani kita.
aku sebenarnya ingin mengatakan bahwa akan sangat bijaksana jika “ibu” tidak lagi sekedar dimaknai sebagai sosok manusia berjenis kelamin perempuan, yang mengandung dan melahirkan, sudah saatnya “ibu” itu dimaknai sebagai sebuah peran sehingga setiap orang, setiap dimensi kehidupan dan setiap profesi berkesempatan dan berkewajiban menjadi ibu. sosok ibu sebagai yang melahirkan memang tidak bisa tergantikan.
Ibu kau memang pahlawan yang hebat yang mempunyai peran penting dalam keluarga, tanpa mu keluarga bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya.
sosok ibu yang baik selalu memperhatikan anak-anaknya. merawat dan menjaganya jangan sampai seorang anak sampai masuk kepergaulan yang tidak diinginkan misalnya narkoba, minuman keras dan lain-lain. Karena kurang perhatian dari seorang ibu yang sibuk akan kerjaanya dan tidak ada waktu untuk memantau perkembangan anaknya.
Saya sangat setuju kalau seorang ibu pekerja yang hanya bekerja setengah hari sajah dan sisah waktunya bisa untuk merawat dan memperhatikan anak dan keluarganya.

sumber : http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1119

0 komentar:

Posting Komentar

About