Krisis Nuklir Makin Parah, Saham TEPCO Anjlok Tajam

Osaka - Krisis nuklir di Jepang semakin buruk, sehingga membuat saham operator Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tokyo Electric Power Co (TEPCO) anjlok tajam. Pemerintah Jepang pun kini sedang mengkaji opsi nasionalisasi TEPCO untuk mengatasi krisis nuklir terburuk dalam 25 tahun terakhir itu.

Pada perdagangan Selasa (29/3/2011) di Bursa Tokyo, saham TEPCO anjlok hingga 18,67% menyusul semakin khawatirnya investor terhadap kemampuan perusahaan tersebut untuk mengatasi krisis di PLTN Fukhushima.

Seperti diketahui, krisis nuklir di Jepang kian mengkhawatirkan. Plutonium telah terdeteksi di tanah di PLTN Fukushima Daiichi, Jepang. Selain itu, air dengan tingkat radiasi tinggi juga telah bocor dari sebuah reaktor di PLTN bermasalah tersebut.

Operator PLTN, Tokyo Electric Power Co (Tepco) menyatakan, plutonium dalam level rendah ditemukan di lima titik dalam area PLTN Fukushima yang rusak akibat gempa bumi dan tsunami pada 11 Maret lalu. Namun ditekankan level plutonium tersebut diyakini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Pemerintah Jepang mengatakan, nasionalisasi terhadap TEPCO merupakan salah satu opsi, namun rencana itu tidak akan dilakukan dalam waktu cepat.

"Secara alami memungkinkan untuk melakukan berbagai diskusi untuk mengetahui TEPCO harus berfungsi di masa depan," ujar Koichiro Gemba, menteri kebijakan nasional Jepang seperti dilaporkan Kyodo News dan dikutip dari AFP.

Sekretaris Kabinet, Yukio Edano dalam kesempatan terpisah mengatakan, pemerintah bukan dalam momen untuk mempertimbangkan nasionalisasi saat ini.

Namun koran Yomiuri Shimbun yang mengutip sumber dari pemerintah Jepang mengatakan, pemerintah sedang mempelajari opsi untuk mengambil sebagian besar saham di TEPCO termasuk tanggung jawab untuk membayar kewajiban akibat krisis di PLTN. Dengan mengambil kontrol, pemerintah bisa membantu TEPCO untuk memiliki modal yang cukup guna mempertahankan pasokan listrik.

"Karena negara sudah mempromosikan energi nuklir sebagai kebijakannya, maka penting bagi negara untuk mengambil tanggung jawab secara maksimal," ujar Gemba.

Seperti diketahui, gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu telah merusak sistem pendingin di 6 reaktor PLTN Fukushima, memicu ledakan dan kebakaran sehingga melepaskan partikel radiaso sehingga memicu kekhawatiran dunia seputar bahaya radiasi. Sejumlah negara memutuskan untuk menghentikan sementara impor dari kawasan di Jepang yang terkena radiasi.

kesimpulan : Krisis nuklir di Jepang semakin buruk, sehingga membuat saham operator Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tokyo Electric Power Co (TEPCO) anjlok tajam.krisis nuklir di Jepang kian mengkhawatirkan. Plutonium telah terdeteksi di tanah di PLTN Fukushima Daiichi, Jepang. emerintah Jepang mengatakan, nasionalisasi terhadap TEPCO merupakan salah satu opsi, namun rencana itu tidak akan dilakukan dalam waktu cepat. pemerintah Jepang mengatakan, pemerintah sedang mempelajari opsi untuk mengambil sebagian besar saham di TEPCO termasuk tanggung jawab untuk membayar kewajiban akibat krisis di PLTN. "Karena negara sudah mempromosikan energi nuklir sebagai kebijakannya, maka penting bagi negara untuk mengambil tanggung jawab secara maksimal,".
Gempa dan tsunami yang dialami jepang sungguh sangat memperhatinkan banyak ribuan nyawa melayang dan harta benda yang tersapu tsunami.
Akhir- kahir ini setelah bebera hari kejadian gempa dilanda lagi negara jepang dengan musibah nuklir yang meledak dan sangat membahayakan sekali sekali. Karena jika terjena radiasi dari nuklir bisa menyebabkan cacat bahkan kematian.
Pemerintaha jepang cepat tanggap dan bangkit dalam mengadapai semua musibah ini.

Sumber : http://www.detikfinance.com/read/2011/03/29/132513/1603641/4/krisis-nuklir-makin-parah-saham-tepco-anjlok-tajam

0 komentar:

Posting Komentar

About